, Princess Bubblegum - Adventure Time

Daftar Blog Saya

Jumat, 31 Oktober 2014

#PINTERNET : REVIEW JURNAL PSIKOTERAPI VIA INTERNET

PENGERTIAN PSIKOTERAPI

  Psikoterapi adalah pengobatan secara psikologis untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan “Therapy” yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran

Psikoterapi adalah proses yang digunakan profesional dibidang kesehatan mental untuk membantu mengenali, mendefinisikan, dan mengatasi kesulitan interpersonal dan psikologis yang dihadapi individu dan meningkatkan penyesuaian diri mereka (Proschaska & Norcross, 2007)
Psikoterapi adalah perawatan dan penyembuhan gangguan jiwa dengan cara psikologis. Istilah tersebut mencakup berbagai teknik yang kesemuanya dimaksudkan membantu individu yang emosinya terganggu untuk mengubah perilaku dan perasaannya, sehingga mereka dapat mengembangkan cara yang bermanfaat dalam menghadapi orang lain.
Beberapa pakar psikoterapi beranggapan bahwa perubahan perilaku tergantung pada pemahaman individu atas motif dan konflik yang tidak disadari; pakar lain merasa bahwa individu dapat belajar mengatasi masalahnya tanpa harus menjajaki faktor yang menjadi penyebab masalah mereka. Walaupun terdapat berbagai perbedaan teknik, kebanyakan metode psikoterapi memiliki ciri dasar yang serupa. Teknik tersebut meliputi komunikasi antara dua individu – klien (penderita) dan pakar terapi. Klien didorong untuk mengungkapkan rasa takut, emosi, dan pengalamannya secara bebas tanpa merasa takut dinilai atau dicemoohkan oleh pakar terapi. Sebaliknya pakar terapi tersebut menunjukkan simpati dan perhatian, serta mencoba membantu klien mengembangkan cara yang lebih efektif untuk menangani masalah.
Ada tiga ciri utama psikoterapi, yaitu:

  1. Dari segi proses :  berupa interaksi antara dua pihak, formal, profesional, legal dan menganut kode etik psikoterapi.
  2. Dari segi tujuan : untuk mengubah kondisi psikologis seseorang, mengatasi masalah psikologis atau meningkatkan potensi psikologis yang sudah ada.
  3. Dari segi tindakan: seorang psikoterapis melakukan tindakan terapi berdasarkan ilmu psikologi modern yang sudah teruji efektivitasnya.


Pengertian Konseling: Apa itu Konseling?
Konseling adalah terjemahan dan kata counseling, mempunyai makna sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana yang seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Natawijaya, 1987). Sedangkan menurut Surya (1988), pengertian konseling adalah seluruh upaya bantuan yang diberikan konselor kepada konseli supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep kepribadian yang sewajarnya mengenai : dirinya sendiri, orang lain, pendapat orang lain tentang dirinya, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan kepercayaan diri.



Pengertian Konseling
Ilustrasi

Selanjutnya Sukardi (2000), setelah menyarikan dari berbagai pendapat tentang pengertian konseling menyimpulkan bahwa konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahilan dan yang didasari atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep din dan kepercayaan diri sendiri dalam memperhaiki tingkah lakunya pada saat kini dan mungkin pada masa yang akan datang. Selain itu Prayitno (2004), mendefinisikan konseling adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien dalam rangka pengentasan masalah klien. Dalam suasana tatap muka yang dilaksanakan interaksi langsung antara konselor dengan klien. Pembahasan masalah tersebut bersifat mendalam menyentuh hal-hal penting tentang klien (bahkan sangat penting yang boleh jadi menyangkut rahasia pribadi klien), bersifat meluas meliputi berbagai segi yang menyangkut permasalahan klien, namun juga bersifat spesifik mengarah pengentasan masalah klien.


Dan berbagai pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, pengertian konseling adalah bantuan secara professional yang diberikan oleh konselor kepada klien secara tatap muka empat mata yang dilaksanakan interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh pemahaman diri yang lebih balk, kemampuan mengontrol diri, dan mengarahkan din untuk dimanfaatkan olehnya dalam rangka pemecahan masalah dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Pembahasan masalah yang dimaksud bersifat mendalam yang menyangkut hal-hal penting tentang kilen, bersifat luas meliputi berbagai segi permasalahan klien, serta bersifat spesifik mengarah pada pengentasan masalah klien yang urgen.

 APA ITU E-KONSELING ?


Istilah e-konseling berasal dari bahasa inggris yaitu e-counseling (electronic counseling) yang secara singkat dapat diartikan sebagai proses penyelenggaraan konseling secara elekronik atau menggunakan perangakat seperti computer yang terkoneksi dengan internet. Koutsonika (2009; dalam Ifdil, 2013), menyebutkan bahwa konseling online (e-konseling) pertama kali muncul pada tahun 1960 dan 1970 dengan perangkat lunak program Eliza dan Parry.
Situs-situs e-terapi dan e-konseling memanfaatkan berbagai media online yang bisa digunakan untuk penyelenggaraan terapi dan konseling secara online seperti jejaring sosial dan beberapa program aplikasi untuk chatting. Ifdil (2011), menyebutkan beberapa media yang bisa digunakan untuk e-terapi dan e-konseling diantaranya; website atau situs; telepon atau handphone; email, chat, Instant Messaging dan jejaring sosial; serta Video conferencing.

Perbedaan Bentuk Layanan Konseling
   
      Layanan Konseling Secara Langsung/Tatap Muka
1. Kegiatan konsuling dilakukan dalam setting ruangan yang ssangat aman, pribadi, dan tidak terlihat oleh orang lain.
2. Didalamnya terdapat keadaan yang secara nyata ditampilkan yang tidak terbatas dalam bentuk verbal (tampak) dari kedua belah pihak, seperyyi berpikir, berbicara, dan berbagi pikiran.
3. Pada umumnya merupakan percakapan bersahabat, hangat, dan ekspresif dan secara langsung dengan tujuan untuk memberikan perubahan dalam perilaku.

    Layanan Konseling Melalui Internet
1. Kegiatan konseling dilakukuan dalam setting dunia maya yang mungkin saja bisa dimasuki oleh pihak ketiga mapun beresiko dibajak oleh hacker.
2. Kedua belah pihak akan berpikir dan berbagi pemikiran biasanya melalui teks. Hal ini bisa juga dilakukan secara langsung atau melalui chat, video, conference, instant messaging maupun secara virtual.
3. Konseling internet melalui interaksi yang kebanyakan berbasis teks, beberapa huruf berubah menjadi kode-kode atau singkatan, untuk menggambarkan emosi yang ditujukan dilakukan dengan emoticon.


   Kelebihan Konseling Melalui Internet
1. Memberikan kesempatan bagi calon konseli yang merasa kurang nyaman untuk bertemu dan berkomunikasi secara langsung dan beratap muka dengan konselor.
2. Konselor dapat mengetahui gambaran perasaan atau emosi konseli melalui emoticon yang biasanya terintegrasi dalam aplikasi chat.
3. Melalui email yang merupakan interaksi yang dilakukan secara tidak langsung, individu diberi kesempatan untuk berpikir sebelum menulis sehingga individu dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan yang sebenarnya melalui tulisan.
4. Berbagai transaksi data seperti informasi dan formulir bisa diberikan dan dikumpulkan secara online. Hal ini akan memudahkan proses administrasi dan penyimpanan data dan rekaman konseling.
5. Menghilangkan jarak untuk mendapatkan konseli, keluwesan dalam perencanaan, menghemat anggaran, dan memberikan pilihan yang lebih banyak bagi konseli.
   Kekurangan Konseling Melalui Internet
1. Diagnosis tidak akurat atau pengobatan tidak efektif dapat diberikan karenakurangnya petunjuk perilaku dan kurangnya informasi nonverbal.
2. Kerahasiaan dan privasi tidak dapat dijamin.
3. Klien yang bunuh diri , menderita kecemasan yang ekstrim atau depresi , atau yang berada dalam krisis tidak dapat menerima perhatian segera memadai.
4. Memungkinkan anak-anak untuk menyamar sebagai orang dewasa mencari pengobatan.
5. Kompleks masalah psikologis jangka panjang tidak mungkin berhasil diobati.

    DAFTAR REFERENSI:

             Moulding, Nicol. 2007. Online counselling: With particular focus on young people and support. CPHJournal.com. volume 3 issue 1. page 25-32
             Ifdil. (2013). Konseling online sebagai salah satu bentuk pelayanan e-konseling.Jurnal Konseling dan Pendidikan, 1, (1), 15-21.
             Psikoterapis.com. (tanpa tahun). Apa itu Psikoterapi?. [Online]
             Wikipedia. (2014). Konseling. [Online].
             Nabilah. 2010. Pengembangan Media Layanan Konseling Melalui Internet di Perguruan Tinggi. Universitas Negeri Jakarta


#PINTERNET : REVIEW JURNAL INTERNET ADDICTION



Internet menjadi suatu kegemaran tersendiri bagi remaja dalam mencari informasi terbaru dan menjalin hubungan dengan orang lain di beda tempat. Di zaman yang modern ini, penggunaan internet sangatlah diperlukan.
Perkembangan pengguna internet dari tahun ke tahun sangatlah tinggi. Sekarang lebih dari jutaan manusia di seluruh Indonesia telah menggunakan internet. Namun ada beberapa orang yang saat ini terkena salah satu dampak negatif dari penggunaannya. Tidak sedikit orang yang sangat bergantung pada internet sehingga individu kecanduan. Kecanduan internet bagi pelajar dapat diketahui melalui kegiatannya yang setiap hari setelah pulang sekolah atau malam hari banyak dijumpai remaja di depan komputer untuk melakukan internet. Internet telah membuat remaja kecanduan, karena di internet menawarkan berbagai fasilitas informasi, mainan, dan hiburan yang membuat remaja tidak ingin meninggalkan internet. Tanda-tanda remaja yang kecanduan internet, antara lain remaja merasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet.
Internet addiction adalah pemakaian internet secara berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, seperti keasyikan dengan objek candu, pemakaian yang lebih sering terhadap objek candu, tidak memperdulikan dampak fisik maupun psikologis pemakaian dan seb againya. Internet Addiction sebagaimana kecanduan obat-obatan, alkohol dan judi akan mengakibatkan kegagalan akademis, menurunkan kinerja, perselisihan dalam perkawinan bahkan perceraian. (Young, 1996b:20)
Internet Addiction Disorder (IAD) atau gangguan kecanduan internet meliputi segala macam hal yang berhubungan dengan internet seperti jejaring sosial, email, pornografi, judi online, game online, chatting dan lain-lain. Jenis gangguan ini memang tidak tercantum pada manual diagnostik dan statistik gangguan mental, atau yang biasa disebut dengan DSM, namun secara bentuk dikatakan dekat dengan bentuk kecanduan akibat judi, selain itu badan himpunan psikolog di Amerika Serikat secara formal menyebutkan bahwa kecanduan ini termasuk dalam salah satu bentuk gangguan. (Herlina Siwi, 2004:2)
Greenfield (dalam Young, 2007:3) menemukan bahwa pecandu online merasakan rasa perpindahan ketika online dan tidak mampu mengelola aspek-aspek utama dari kehidupan mereka karena mereka keasyikan dengan online. Mereka mulai kehilangan tenggat waktu yang penting di tempat kerja, menghabiskan lebih sedikit waktu dengan keluarga mereka, dan perlahan-lahan menarik diri dari rutinitas normal mereka. Mereka mengabaikan hubungan sosial dengan teman-teman mereka, rekan kerja, dan dengan komunitas mereka, dan akhirnya, hidup mereka menjadi tidak terkendali karena internet. Seperti kecanduan, mereka menjadi dikonsumsi dengan kegiatan internet mereka, lebih memilih game online, chatting dengan teman online, atau perjudian melalui internet, secara bertahap mengabaikan keluarga dan teman-teman dalam pertukaran untuk waktu soliter di depan komputer.
Hasil suatu pendapat online oleh salah satu internet provider di Jerman, yang diikuti oleh sekitar 1900 responden, menyatakan bahwa sekitar 12% responden menghabiskan waktu lebih dari 10 jam sehari untuk online, dan sekitar 13% responden mengaku menghabiskan waktu 6-10 jam sehari untuk online. Di China, sekitar 6,4% mahasiswanya mengalami kecanduan internet. Rata-rata, mereka menghabiskan 38,5 jam dalam seminggu untuk online. Sedangkan di Finlandia, banyak remaja yang sedang menjalani wajib militer terpaksa dipulangkan, karena internet addiction, dan tidak dapat beradaptasi dengan baik dengan remaja-remaja lainnya. (Irawati, iprillia.multiply.com).
Kecanduan internet pertama kali ditemukan oleh seorang ahli jiwa bernama Ivan Goldberg. Jenis kecanduan internet ada tiga yaitu; bermain games yang berlebihan, kegemaran seksual dan e-mail/pesan teks (chatting). Sedangkan gejala-gejala kecanduan internet adalah sebagai berikut:
a. Sering lupa waktu 


Mengabaikan hal-hal yang mendasar saat mengakses internet terlalu lama. Orang yang kecanduan internet bisa tidak makan atau minum, lupa waktu sholat, belajar, sekolah atau bekerja.

b. Gejala menarik diri
Seperti merasa marah, tegang, atau depresi ketika internet tidak bisa diakses. Mereka akan bete, kesal bahkan stress jika tidak bisa online karena berbagai alasan.

c. Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan.

Semakin lama jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mengakses internet terus bertambah.

d. Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki.
 






 e. Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan.




Ini merupakan dampak negatif dari penggunaan Internet yang berkepanjangan. Gejala ini sama seperti gejala yang ada pada kecanduan narkoba.







Kategorisasi yang dikembangkan oleh Young (1999) didasarkan atas jenis aktivitas yang dilakukan para pengguna internet. Kategorisasi yang searah dengan Young (1996) ini justru semakin berkembang. Young membagi kecanduan internet ke dalam lima kategori, yaitu:

a. Cybersexual addiction,
yaitu seseorang yang melakukan penelusuran dalam situssitus porno atau cybersex secara
kompulsif.








b. Cyberrelationship addiction,











yaitu seseorang yang hanyut dalam pertemanan melalui dunia cyber.

c. Net compulsion,
 
yang terobsesi pada situssitus perdagangan (cyber shopping atau day
trading) atau yaitu seseorang perjudian (cyber casino).

d. Information overload
yaitu seseorang yang menelusuri situssitus informasi secara kompulsif.

e. Computer addiction
yaitu seseorang yang terobsesi pada permainanpermainan online (online games).
Metode Penelitian
Populasi penelitian ini adalah 65 Siswa-siswi MAN Jombang. Berjenis laki-laki dan perempuan. Berusia 16-18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Random Sampling. Pada random sampling, semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel.
Identifikasi Variabel-variabel Penelitian ini meliputi Variabel Tergantung nya adalah Kecanduan Jejaring Sosial. Sedangkan Variabel Bebas yaitu Kemampuan bersosialisasi
Kecanduan Jejaring Sosial di ungkap dengan menggunakan teori Goldberg, ciri-ciri kecanduan jejaring sosial adalah (1). Sering lupa waktu, (2) Gejala menarik diri, (3) Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu yang dihabiskan, (4) Kebutuhan akan peralatan komputer yang lebih baik dan aplikasi yang lebih banyak untuk dimiliki, (5) Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan.
Tabel 1
Blue Print Skala Kecanduan Jejaring Sosial
NO.
Ciri-Ciri Kecanduan Jejaring Sosial
Favourable
Unfavourable
1.
Sering lupa waktu
1,2,3,4,16,26,36,46

5,6,17,27,37,47

14
2.
Gejala menarik diri
7,8,18,28,38,48,49,50

9,19,29,39,51

13
3.
Munculnya sebuah kebutuhan konstan untuk meningkatkan waktu
yang dihabiskan.
10,20,30,40,52,23,54

11,21,31,41

11
4.
Kebutuhan akan peralatan yang lebih canggih.
12,22,32,42,55,56

13,53,33,43

10
5.
Sering berkomentar, berbohong, rendahnya prestasi, menutup diri secara sosial, dan kelelahan

14,24,34,44,47

15,25,35,45

9
Dalam penelitian ini skala disusun dalam kalimat-kalimat pernyataan dan responden (subyek) diminta memberikan tanggapan dengan memberikan √ (check atau centang) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya pada subyek. Pada pernyataan Favourable respon Sangat Setuju di skor 4, Setuju di skor 3, Kurang Setuju di skor 2, Tidak Setuju di skor 1.
Pada UnFavourable respon Sangat Setuju di skor 1, Setuju di skor 2, Kurang Setuju di skor 3, Tidak Setuju 4
Hasil uji validitas (kesahihan) didapatkan hasil bahwa dari 57 item yang diuji ada 49 item yang valid, sedangkan jumlah item yang gugur sebanyak 8. Adapun item-item yang tidak valid meliputi item nomor : 13, 15, 17, 25, 29, 35, 41, 45. Indeks validitas antara 0,226 s/d 0,739. Hasil uji reliabilitas (keandalan) didapatkan hasil rtt = 0,944 dengan p = 0,000 yang berarti cukup reliabel (cukup andal).
Kemampuan bersosialisasi diungkap mengacu pada pendapat Ruchayati, Ciri-ciri kemampuan Bersosialisasi, antara lain : (1) Pelakunya lebih dari 1 orang, (2), Terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial, (3) Memiliki tujuan yang jelas, (4) Dilaksanakan melalui pola sistem sosial tertentu.

Source :
Jurnal Karya    :
1.  Heny Nurmandia, Denok Wigati, dan Luluk Masluchah
Fakultas Psikologi Universitas Darul ‘Ulum Jombang
2. Helly P. Soetjipto
Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
3. Sari Dewi Yuhana Ningtyas
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia





Contoh dari Internet Addiction Disorder adalah
  1. Kecanduan game online : contoh kasusnya adalah  seorang anak ber-umur 16 tahun yang masih bersekolah di bangku SMA telah kecanduan game online yang bernama “Ayodance” dia terus memainkan game itu sampai larut malam , begadang dan bahkan dia lakukan setiap hari sampai dia bolos sekolah demi memainkan game online, dan tidak jarang dia menghabiskan uang berjuta juta untuk membeli Voucher untuk “char” game online tersebut, sampai-sampai menginap 2malam di warnet.
  2. Kecanduan Jejaring social : siapa yang tidak tahu jejaring social “Twitter,Facebook,Line,BBM,Whatssap” hampir semua tau. Dari orang dewasa hingga anak kecil yang masih bersekolah di bangku Sekolah dasar. Tidak sedikit dari mereka kecanduan jejaring social ini. Kasus terbanyak yang mengalami kecanduang jejaring social berada pada anak remaja. Mereka menghabiskan waktu lebih dari 10 jam untuk hanya sekedar membuka situs jejaring social dari bangun tidur hingga mau tidur mereka pasti tidak lupa mengecek jejaring social mereka . akibatnya ada yang sampai lupa makan, lupa ibadah, lupa mengerjakan tugas . waktu mereka terbuang sia sia hanya untuk jejaring social

Kesimpulan yang dapat diambil adalah. Pergunakan internet sebaik mungkin, internet sebenarnya banyak membantu kita tetapi jangan sampai disalahgunakan apalagi menjadi kecanduan. 
Kecanduan Game Online, Anak Bisa Kriminal
Yayasan Sahabat Kapas menilai kecanduan anak-anak pada game online sudah seperti kecanduan seseorang kepada narkotik. Sebab, ketika ingin bermain dan tidak punya uang, anak akan melakukan segala cara, termasuk berbuat kriminal.
Koordinator Yayasan Sahabat Kapas, Dian Sasmita, mengatakan, dalam enam bulan terakhir, di Surakarta ada tujuh anak yang melakukan pencurian demi bisa bermain game online. “Sebagian di antaranya saat ini kami dampingi,” katanya di sela aksi menyambut Hari Anak Nasional, Minggu, 1 Juli 2012.
Aktivitas di depan layar komputer untuk bermain game onlinepunya dampak buruk untuk anak-anak. Antara lain, anak-anak jadi terisolasi dari lingkungan dan pergaulan nyata karena terlalu asyik dengan dunia maya yang sedang dihadapi.
Bahkan mereka bisa terbawa untuk berperilaku agresif, meniru apa yang dilihat di permainan, misalnya untuk permainan yang berkaitan dengan peperangan. Nah, lantaran ingin meneruskan permainan padahal tidak punya uang, anak bisa terdorong melakukan tindak kejahatan seperti mencuri. “Belum lagi jika bicara nilai pelajaran di sekolah bisa menurun karena konsentrasi belajar juga turun,” kata Dian.
Dian mengakui penggunaan Internet memang tidak sepenuhnya punya dampak buruk. Itulah perlunya peran orang tua mengawasi kegiatan anak di depan komputer. “Dampingi anak-anak saat mengakses Internet. Selain itu, beri batasan waktu,” kata Dian.
Solusi mengatasi kecanduan game online, dia menyarankan orang tua agar memberikan alternatif kegiatan. Anak usia 7-18 tahun semestinya bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat daripada sekadar menghabiskan waktu bermaingame online.
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Surakarta, Juliani Prasetyaningrum, mengatakan game online menjadi pelarian bagi anak-anak yang merasa tidak nyaman di rumah. “Mungkin di rumah tertekan dengan tuntutan prestasi yang diminta orang tua atau memang tidak betah di rumah karena ada masalah di keluarga,” katanya.
Karena itu, anak-anak lantas memilih bergabung dengan kelompoknya, seperti komunitas penggemar game online. Tindakan kejahatan demi menyalurkan hobinya bermain game online tidak terlepas dari pengaruh dalam komunitasnya tersebut. “Kalau kelompoknya itu melakukan kejahatan, maka bisa ikut-ikutan,” katanya.
Juliani menyarankan orang tua untuk secara intens menjalin komunikasi dengan anaknya. Kemudian mengubah cara berkomunikasi, dari semula selalu menuntut, beralih menjadi pendamping dan teman bagi si anak. “Kuncinya di orang tua dan keluarga, yang memang sering berinteraksi dengan anak-anak,” ujarnya.

Source :