HARI KEDUA
Hari
yang cerah di Beijing, hari ini hari Senin, 16 Mei 2016. Aku buka jendela untuk
melihat hangatnya matahari pagi. Tak sabar untuk menikmati segala rutinitas di
pagi ini. Hari ini seperti yang sudah terjadwal yaitu mengunjungi gedung Cloud Valley untuk “Opening Baidu International Marketing
Competition Conference”. Kebetulan,
Saya satu kamar dengan Kak Ayu, karena mungkin Kami muslim jadi mempermudah
untuk pengelompokkan makanan halal. Hari ini, Saya dan Kak Ayu sarapan pagi di
kamar karena sudah diantarkan oleh petugas hotel.
|
Sarapan pagi yuk |
Pertama kali, sarapan di
hotel. Pastinya kaget, karena tidak ada nasi, selain itu rasa yang berbeda,
mungkin karena terbiasa sarapan nasi uduk.
Seusai
sarapan pagi, Saya dan tim Baidu Indonesia kembali latihan untuk presentasi
siang nanti. Kami saling bergantian presentasi dan menilai performa penampilan
satu sama lain. Seusai latihan tak terasa waktu menunjukan jam makan siang,
segera Kami bergegas untuk pergi ke restoran. Sebelum berangkat menuju
restoran, di lobby hotel Saya bertemu
dengan perwakilan negara lain, Baidu Macau, Baidu China dan Baidu India. Saya
pun berkenalan, sulit ketika menuturkan nama mereka, karena mungkin Saya belum
bisa berbahasa mandarin.Ternyata berbanding lurus dengan mereka, mereka merasa
kesulitan memanggil nama Saya. Akhirnya, nama Saya diganti menjadi Pyok Liang,
yang berarti cantik. Saya jadi tersipu malu. Saya berkenalan dengan Sapphire
dan Hao Tian dari University of Macau. Lim dan Yi Ning dari Shan Xi University.
Perwakilan kampus lainnya langsung menuju gedung Cloud Valley karena mereka tidak menginap di hotel.
Kami
saling berbincang-bincang mengenai kegiatan kampus, kemudian Saya dan Kak Ayu
dipanggil Vivian untuk segera berangkat menuju restoran. Ternyata siang ini Kami
santap siang dipisah, karena mungkin rekan-rekan yang lainnya ingin menyantap
babi yang katanya panganan lezat di China.
Oh
ya, setiap berpergian Kami selalu menggunakan mobil.
|
lets selfie ! |
Mobil tersebut seperti grab car di Indonesia. Setiap kali Kami
ingin pergi tinggal membuka aplikasi Tee-tee
Car di ponsel lalu memesan dan mobil
akan datang. Konsepnya sama dengan Grab
Car di Indonesia, nemun perbedaannya Tee-tee
Car tidak menggunakan uang untuk membayarkanya, tetapi mengurangi pulsa
yang ada pada ponsel. Inspiratif ya.
Akhirnya
setelah perjalanan kurang lebih 15 menit dari hotel. Sampailah Saya di sebuah
restoran muslim. Seperti biasanya karena Saya tidak mengertibuku menu, akhirnya
Saya percayakan pada Vivian. Vivian tahu betul selera makan Kami yang khususnya
dari Indonesia menyukai makanan pedas. Beberapa menu makanan terhidangkan di
meja.
|
Santap siang |
Ternyata, masih ada lagi. Meja sudah tidak dapat menampung makanan lagi,
dan datanglah roda hantaran makanan. Kami makan bertiga dengan porsi makanan
berenam, sungguh mengenyangkan. Tetapi ternyata habis juga. Nikmatnya santap
siang, masih sama masih dengan hot pot
dengan kuah pedas dan tidak dan tersedia banyak makanan mentah untuk siap di
rebus. Siang ini pun terasa segar ditemani minuman dingin terbuat dari buah
plum, rasanya seperti coca-cola namun tanpa soda. Minuman tradisional China,
pelepas dahaga di siang hari.
Selesai
santap siang, Kami bergegas menuju gedung Cloud
Valley. Sesampainya di gedung Cloud
Valley, Saya melihat banner besar tentang acara yang akan berlangsung. Di
depan ruangan “Opening Baidu International Marketing Competition Conference”,
Saya melakukan registrasi kehadiran peserta. Memasuki ruangan, ternayata
suasana sangat ramai dari perwakilan mahasiswa berbagai universitas. Perbedaan
mencolok terlihat dari penampilan Kami perwakilan Baidu Indonesia, memakai baju
batik sebagai identitas negara Indonesia.
|
sempetin selfie :) |
Acara
pun dimulai. Acara dihadiri oleh petinggi-petinggi Baidu China. Mengingat Baidu
merupakan Aplikasi nomor satu di China dan keseluruhan masyarakat China
menggunakan aplikasi Baidu. Acara sangat meriah, meskipun dengan pengantar
bahasa mandarin, tak sulit bagi Saya mengartikan karena telah disediakan
headset translate bahasa Inggris secara langsung.
|
Acara baru saja di gelar |
Rangkaian acara diawali
dengan beberapa sambutan dari petinggi Baidu pusat China, dilanjut dengan
pembukaan Kompetisi secara resmi.
|
pembukaan Kompetisi Marketing |
Uniknya dalam pembukaan, menggunakan sampanye
yang dituang pada es batu dan membentuk tulisan “Opening Baidu Marketing Competition”.
Diiringi tepuk tangan meriah, pembukaan kompetisi pun resmi dibuka dan akan di
gelar pada bulan Agustus mendatang. Selanjutnya, beberapa perwakilan
universitas diminta untuk berbincang-bincang di panggung. Baidu China, Baidu
Macau, dan Baidu Indonesia diwakili oleh Tony.
|
Tony (tengah) mewakili Baidu Indonesia |
Perbincangan seputar kegiatan
yang dilakukan dalam universitas dan sejauh mana pengetahuan akan aplikasi
Baidu. Acara pun ditutup dengan tepuk tangan meriah para hadirin.
|
We proud wear batik! |
Saya
bergegas keluar ruangan, dan segera bergegas menuju hotel kembali untuk ganti
pakaian, acara hari ini dilanjutkan dengan menjelajahi street food. Sesampainya di hotel, Saya bergegas untuk ganti
pakaian dan langsung menuju street food bersama rekan-rekan lainnya. Letak street food lumayan jauh, sekitar satu jam
dari hotel. Tak lama, terlihat gapura, dan disanalah street food berada.
|
Gapura Street Food |
|
cheers! |
|
Jessica makan ayam |
Kami pun berjalan menelusuri street food, terlihat beraneka ragam
panganan, mulai dari ayam goreng dengan penyajian unik yaitu membentuk gurita
seharga Rp 25.000, lalu es krim berbentuk bunga seharga Rp 40.000, minuman
dingin seperti ice bubble seharga Rp
18.000, takoyaki seharga Rp 30.000, manisan buah seharga Rp25.000, menurut Saya
harga lumayan tinggi, mungkin karena berada di pusat kota dan dikunjungi oleh
turis-turis.
|
toko oleh-oleh |
|
stiker khas China |
|
Peta wisata China |
|
Pergi ke toko Kosmetik |
|
jajan dulu |
|
es krimnya lucu, tapi 40rb |
|
Di toko kosmetik, nyobain tester. |
Saya
pun melihat-lihat sebuah toko kosmetik unik, dan benar saja dugaan Saya,
kosmetik yang di produksi ini telah lama di pakai oleh dinasti China sejak
dahulu kala. Tanpa bahan pengawet dan tambahan kimia. Saya mencoba tester
lispstik, lipstiknya sangat lembut dan warnanya merata di bibir. Teksturnya
tidak lengket, dan bisa dimakan dan rasanya enak. Lalu Saya mencoba pelembab, pelembabnya
pun tak kalah, sangat lembut dan cepat meresap di kulit. Warna yang tahan lama
karenaterbukti setelah lama Saya jalan-jalan warna tetap tahan dan wanginya
sangat membuat relax. Inilah alasan
wanita China cantik, dengan perawatan leluhur yang di budidayakan. Namun,
pastinya selalu ada harga yang di bayar untuk perawatan eksklusif. Lipstik yang
tadi Saya coba, dengan ukuran kecil seharga Rp 180.000. Pelembab seharga Rp
400.000, Wow fantastik ya.
Selain
makanan, produk kecantikan, tersedia juga alat musik khas China terbuat seperti
keramik yang membentuk kerang, cara membunyikannya cukup ditiup dan mengikuti
not-not lagu, sayang sekali Saya tidak dapat mengambil gambar karena ada
larangan dari toko yang menjualnya. Selain itu macam-macam karya lainnya,
seperti lukisan China, ukiran pada keramik, gantungan kunci. Namun, sekali lagi
Saya hanya melihat-lihat disini karena harga yang ditawarkan cukup tinggi, dan
Saya takut pecah jika di bawa ke Indonesia.
Perut
terasa lapar, perjalanan kali ini ditutup dengan santap malam di suatu restoran
dekat streetfood. Jaraknya lumayan,
kami menempuh engan berjalan kaki selama tiga puluh menit. Akhirnya Kami sampai
di suatu restoran, Namun karena restoran yang dituju terdapat babi, maka Saya,
kak Ayu dan Vivian menuju restoran di seberangnya yang menjual panganan halal
dan sudah bersertifikasi. Di restoran ini menjual aneka gorengan, maka santap
malam hari ini Kami bertiga akan menyantap gorengan. Beberapa menu telah Vivian
pesan, dan dugaan Saya benar, Vivian memesan banyak sekali makanan hingga
seluruh meja di penuhi ragam macam gorengan mulai dari manis, asin, hambar.
Kami santap dengan lahap,
|
bingung ngabisinnya |
namun memang sudah tidak kuat lagi akhirnya Kami
menyerah. Saya dan Kak Ayu berhenti makan. Tiba-tiba Vivian pergi ke kasir dan
memesan mi rebus, hmmm. Kami pun dengan perut yang sudah penuh, menyantap mie
pesanan Vivian, sungguh nikmat sekali mie rebus ini. Rasanya gurih dengan
taburan daging sapi, dan mie yang lembut, kuah yang gurih memanjakan lidah.
Selain itu ada satu mangkuk kacang hijau yang belum Saya coba, segera Saya
cicipi. Kacang hijau di China berebeda dengan di Indonesia. diChina kacang
hijau kecil-kecil dan berwarna hitam, namun dari segi rasa sama. Uniknya kacang
hijau ini ditambah beberapa butir melinjo, mungkin agar citarasa stabil. Namun,
apapun panganan di China selalu nikmat dan Saya sangat menyukainya. Teringat
ayat al-quran dari surat Ar-rahman, “Maka nikmat Tuhan mana lagi yang Kau
dustakan?”, Alhamdulillah ya Rabb atas berkahmu.
Selesai
santap malam, Saya bergegas menuju rekan-rekan lainnya. Kami pun memutuskan
untuk berjalan-jalan ke taman di China yang terdapat sungai bernama Hao Hai.
Kami berjalan beriringan, melihat beberapa ruko di pinggir jalan, sesaat
teringat Indonesia, ingin pulang karena rindu namun ingin selalu tetap disini
karena nyaman. Sesampainya di Hao Hai, tak lupa mengabadikan momen di dekata
jembatan, terbentang sungai. Sungguh malam yang indah di Beijing. Kami pun
bercanda gurau, sesekali bernyanyi bersama lagu haoxiang-haoxiang, yang ternyata
artinya aku sangat rindu padamu, ya padamu Indonesia-ku.
|
jalan-jalan malam |
|
banyak lampion |
|
WEFIE! |
|
ada perahu juga |
Terlihat
beberapa kapal menepi di pinggir sungai, lampion-lampion menambah keindahan.
Teringat lampion, teringat barongsai dan tahun baru China yang biasanya meriah
jika di tanah air. Di pertengahan taman, Kami melihat beberapa pertunjukan
yaitu tarian khas China, dan ada beberapa anak muda dance. Kami pun tertarik
menari, akhirnya Kami menari bersama dan membuat keadaan sekitar jadi ramai
karena sorak kegembiraan Kami.
Malam
itu di Beijing sangat hangat, meskipun Kami baru saja kenal. Tarian bersama
menunjukan bakat terpendam sesungguhnya. Indahnya Beijing, membuat siapapun
pasti rindu ingin kembali kesana. Keramahan warga disana, suasanan disana,
Beijingmemang istimewa. Seusai Kami menari bersama, Kami bergegas untuk pulang.
Kami menelusuri jalan untuk menuju jalan raya, terlihat beberapa karya yang
sengaja di etalase, karya gunting kertas, menakjubkan. Sesampainya di ujung
jalan, kami menunggu Tee-tee car. Tee-tee car telah sampai, dan Kami
meluncur menuju hotel.
Tiba
di hotel, Saya dan perwakilan Baidu Indonesia meminta ijin pada Kak Ayu dan
Vivian untuk memakan nasi goreng di sekitar hotel. Kami bergegas membeli nasi
goreng, malam ini sekitar pukul 23.00 sangat dingin sekali. Sesekali tangan di
gesekkan agar terasa hangat. Banyak jajanan pinggir jalan, ada nasi goreng,
sosis bakar, minuman. Karena Saya masih kenyang, maka Saya hanya membeli
minuman energi. Minuman energi seperti minuman botol biasa, namun saat di minum
mulut terasa terestrum, tapi enak dan ingin mencoba lagi. Nasi goreng yang
dipesan David pun datang, tersaji dalam cup, ada sayur mayurnya, enak sekali
rasanya pas di lidah. Kemudian, Tony berbincang-bincang dengan para penjual
dengan bahasa mandarin. Saya hanya mendengarkan setiap kali Tony mulai
menerjemahkan pada Kami. Penjual di sisni tertarik untuk menukarkan uang mereka
ke rupiah, akhirnya Kami saling bertukar uang. Dan ada kejadian unik, ada salah
satu penjual memberikan uang lama koleksinya pada Kami, kami pun sungkan dan
sangat mengapresiasi.