, Princess Bubblegum - Adventure Time

Daftar Blog Saya

Rabu, 25 Mei 2016

#BaiduCampusAmbassador Goes to Beijing (Day 2)

HARI KEDUA
Hari yang cerah di Beijing, hari ini hari Senin, 16 Mei 2016. Aku buka jendela untuk melihat hangatnya matahari pagi. Tak sabar untuk menikmati segala rutinitas di pagi ini. Hari ini seperti yang sudah terjadwal yaitu mengunjungi gedung Cloud Valley  untuk “Opening Baidu International Marketing Competition Conference”. Kebetulan, Saya satu kamar dengan Kak Ayu, karena mungkin Kami muslim jadi mempermudah untuk pengelompokkan makanan halal. Hari ini, Saya dan Kak Ayu sarapan pagi di kamar karena sudah diantarkan oleh petugas hotel.
Sarapan pagi yuk

Pertama kali, sarapan di hotel. Pastinya kaget, karena tidak ada nasi, selain itu rasa yang berbeda, mungkin karena terbiasa sarapan nasi uduk.

Seusai sarapan pagi, Saya dan tim Baidu Indonesia kembali latihan untuk presentasi siang nanti. Kami saling bergantian presentasi dan menilai performa penampilan satu sama lain. Seusai latihan tak terasa waktu menunjukan jam makan siang, segera Kami bergegas untuk pergi ke restoran. Sebelum berangkat menuju restoran, di lobby hotel Saya bertemu dengan perwakilan negara lain, Baidu Macau, Baidu China dan Baidu India. Saya pun berkenalan, sulit ketika menuturkan nama mereka, karena mungkin Saya belum bisa berbahasa mandarin.Ternyata berbanding lurus dengan mereka, mereka merasa kesulitan memanggil nama Saya. Akhirnya, nama Saya diganti menjadi Pyok Liang, yang berarti cantik. Saya jadi tersipu malu. Saya berkenalan dengan Sapphire dan Hao Tian dari University of Macau. Lim dan Yi Ning dari Shan Xi University. Perwakilan kampus lainnya langsung menuju gedung Cloud Valley karena mereka tidak menginap di hotel.

Kami saling berbincang-bincang mengenai kegiatan kampus, kemudian Saya dan Kak Ayu dipanggil Vivian untuk segera berangkat menuju restoran. Ternyata siang ini Kami santap siang dipisah, karena mungkin rekan-rekan yang lainnya ingin menyantap babi yang katanya panganan lezat di China.
Oh ya, setiap berpergian Kami selalu menggunakan mobil.
lets selfie !

Mobil tersebut seperti grab car di Indonesia. Setiap kali Kami ingin pergi tinggal membuka aplikasi Tee-tee Car  di ponsel lalu memesan dan mobil akan datang. Konsepnya sama dengan Grab Car di Indonesia, nemun perbedaannya Tee-tee Car tidak menggunakan uang untuk membayarkanya, tetapi mengurangi pulsa yang ada pada ponsel. Inspiratif ya.

Akhirnya setelah perjalanan kurang lebih 15 menit dari hotel. Sampailah Saya di sebuah restoran muslim. Seperti biasanya karena Saya tidak mengertibuku menu, akhirnya Saya percayakan pada Vivian. Vivian tahu betul selera makan Kami yang khususnya dari Indonesia menyukai makanan pedas. Beberapa menu makanan terhidangkan di meja. 
Santap siang

Ternyata, masih ada lagi. Meja sudah tidak dapat menampung makanan lagi, dan datanglah roda hantaran makanan. Kami makan bertiga dengan porsi makanan berenam, sungguh mengenyangkan. Tetapi ternyata habis juga. Nikmatnya santap siang, masih sama masih dengan hot pot dengan kuah pedas dan tidak dan tersedia banyak makanan mentah untuk siap di rebus. Siang ini pun terasa segar ditemani minuman dingin terbuat dari buah plum, rasanya seperti coca-cola namun tanpa soda. Minuman tradisional China, pelepas dahaga di siang hari.

Selesai santap siang, Kami bergegas menuju gedung Cloud Valley. Sesampainya di gedung Cloud Valley, Saya melihat banner besar tentang acara yang akan berlangsung. Di depan ruangan “Opening Baidu International Marketing Competition Conference”, Saya melakukan registrasi kehadiran peserta. Memasuki ruangan, ternayata suasana sangat ramai dari perwakilan mahasiswa berbagai universitas. Perbedaan mencolok terlihat dari penampilan Kami perwakilan Baidu Indonesia, memakai baju batik sebagai identitas negara Indonesia.
sempetin selfie :)

Acara pun dimulai. Acara dihadiri oleh petinggi-petinggi Baidu China. Mengingat Baidu merupakan Aplikasi nomor satu di China dan keseluruhan masyarakat China menggunakan aplikasi Baidu. Acara sangat meriah, meskipun dengan pengantar bahasa mandarin, tak sulit bagi Saya mengartikan karena telah disediakan headset translate bahasa Inggris secara langsung. 
Acara baru saja di gelar

Rangkaian acara diawali dengan beberapa sambutan dari petinggi Baidu pusat China, dilanjut dengan pembukaan Kompetisi secara resmi. 
pembukaan Kompetisi Marketing

Uniknya dalam pembukaan, menggunakan sampanye yang dituang pada es batu dan membentuk tulisan “Opening Baidu Marketing Competition”. Diiringi tepuk tangan meriah, pembukaan kompetisi pun resmi dibuka dan akan di gelar pada bulan Agustus mendatang. Selanjutnya, beberapa perwakilan universitas diminta untuk berbincang-bincang di panggung. Baidu China, Baidu Macau, dan Baidu Indonesia diwakili oleh Tony.
Tony (tengah) mewakili Baidu Indonesia

Perbincangan seputar kegiatan yang dilakukan dalam universitas dan sejauh mana pengetahuan akan aplikasi Baidu. Acara pun ditutup dengan tepuk tangan meriah para hadirin.
We proud wear batik!

Saya bergegas keluar ruangan, dan segera bergegas menuju hotel kembali untuk ganti pakaian, acara hari ini dilanjutkan dengan menjelajahi street food. Sesampainya di hotel, Saya bergegas untuk ganti pakaian dan langsung menuju street food  bersama rekan-rekan lainnya. Letak street food lumayan jauh, sekitar satu jam dari hotel. Tak lama, terlihat gapura, dan disanalah street food berada.
Gapura Street Food

cheers!
Jessica makan ayam
Kami pun berjalan menelusuri street food, terlihat beraneka ragam panganan, mulai dari ayam goreng dengan penyajian unik yaitu membentuk gurita seharga Rp 25.000, lalu es krim berbentuk bunga seharga Rp 40.000, minuman dingin seperti ice bubble seharga Rp 18.000, takoyaki seharga Rp 30.000, manisan buah seharga Rp25.000, menurut Saya harga lumayan tinggi, mungkin karena berada di pusat kota dan dikunjungi oleh turis-turis.
toko oleh-oleh



stiker khas China
Peta wisata China
Pergi ke toko Kosmetik

jajan dulu


es krimnya lucu, tapi 40rb
Di toko kosmetik, nyobain tester.

Saya pun melihat-lihat sebuah toko kosmetik unik, dan benar saja dugaan Saya, kosmetik yang di produksi ini telah lama di pakai oleh dinasti China sejak dahulu kala. Tanpa bahan pengawet dan tambahan kimia. Saya mencoba tester lispstik, lipstiknya sangat lembut dan warnanya merata di bibir. Teksturnya tidak lengket, dan bisa dimakan dan rasanya enak. Lalu Saya mencoba pelembab, pelembabnya pun tak kalah, sangat lembut dan cepat meresap di kulit. Warna yang tahan lama karenaterbukti setelah lama Saya jalan-jalan warna tetap tahan dan wanginya sangat membuat relax. Inilah alasan wanita China cantik, dengan perawatan leluhur yang di budidayakan. Namun, pastinya selalu ada harga yang di bayar untuk perawatan eksklusif. Lipstik yang tadi Saya coba, dengan ukuran kecil seharga Rp 180.000. Pelembab seharga Rp 400.000, Wow fantastik ya.

Selain makanan, produk kecantikan, tersedia juga alat musik khas China terbuat seperti keramik yang membentuk kerang, cara membunyikannya cukup ditiup dan mengikuti not-not lagu, sayang sekali Saya tidak dapat mengambil gambar karena ada larangan dari toko yang menjualnya. Selain itu macam-macam karya lainnya, seperti lukisan China, ukiran pada keramik, gantungan kunci. Namun, sekali lagi Saya hanya melihat-lihat disini karena harga yang ditawarkan cukup tinggi, dan Saya takut pecah jika di bawa ke Indonesia.

Perut terasa lapar, perjalanan kali ini ditutup dengan santap malam di suatu restoran dekat streetfood. Jaraknya lumayan, kami menempuh engan berjalan kaki selama tiga puluh menit. Akhirnya Kami sampai di suatu restoran, Namun karena restoran yang dituju terdapat babi, maka Saya, kak Ayu dan Vivian menuju restoran di seberangnya yang menjual panganan halal dan sudah bersertifikasi. Di restoran ini menjual aneka gorengan, maka santap malam hari ini Kami bertiga akan menyantap gorengan. Beberapa menu telah Vivian pesan, dan dugaan Saya benar, Vivian memesan banyak sekali makanan hingga seluruh meja di penuhi ragam macam gorengan mulai dari manis, asin, hambar. Kami santap dengan lahap, 
bingung ngabisinnya

namun memang sudah tidak kuat lagi akhirnya Kami menyerah. Saya dan Kak Ayu berhenti makan. Tiba-tiba Vivian pergi ke kasir dan memesan mi rebus, hmmm. Kami pun dengan perut yang sudah penuh, menyantap mie pesanan Vivian, sungguh nikmat sekali mie rebus ini. Rasanya gurih dengan taburan daging sapi, dan mie yang lembut, kuah yang gurih memanjakan lidah. Selain itu ada satu mangkuk kacang hijau yang belum Saya coba, segera Saya cicipi. Kacang hijau di China berebeda dengan di Indonesia. diChina kacang hijau kecil-kecil dan berwarna hitam, namun dari segi rasa sama. Uniknya kacang hijau ini ditambah beberapa butir melinjo, mungkin agar citarasa stabil. Namun, apapun panganan di China selalu nikmat dan Saya sangat menyukainya. Teringat ayat al-quran dari surat Ar-rahman, “Maka nikmat Tuhan mana lagi yang Kau dustakan?”, Alhamdulillah ya Rabb atas berkahmu.

Selesai santap malam, Saya bergegas menuju rekan-rekan lainnya. Kami pun memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman di China yang terdapat sungai bernama Hao Hai. Kami berjalan beriringan, melihat beberapa ruko di pinggir jalan, sesaat teringat Indonesia, ingin pulang karena rindu namun ingin selalu tetap disini karena nyaman. Sesampainya di Hao Hai, tak lupa mengabadikan momen di dekata jembatan, terbentang sungai. Sungguh malam yang indah di Beijing. Kami pun bercanda gurau, sesekali bernyanyi bersama lagu haoxiang-haoxiang, yang ternyata artinya aku sangat rindu padamu, ya padamu Indonesia-ku.
jalan-jalan malam
banyak lampion
WEFIE!
ada perahu juga

Terlihat beberapa kapal menepi di pinggir sungai, lampion-lampion menambah keindahan. Teringat lampion, teringat barongsai dan tahun baru China yang biasanya meriah jika di tanah air. Di pertengahan taman, Kami melihat beberapa pertunjukan yaitu tarian khas China, dan ada beberapa anak muda dance. Kami pun tertarik menari, akhirnya Kami menari bersama dan membuat keadaan sekitar jadi ramai karena sorak kegembiraan Kami.

Malam itu di Beijing sangat hangat, meskipun Kami baru saja kenal. Tarian bersama menunjukan bakat terpendam sesungguhnya. Indahnya Beijing, membuat siapapun pasti rindu ingin kembali kesana. Keramahan warga disana, suasanan disana, Beijingmemang istimewa. Seusai Kami menari bersama, Kami bergegas untuk pulang. Kami menelusuri jalan untuk menuju jalan raya, terlihat beberapa karya yang sengaja di etalase, karya gunting kertas, menakjubkan. Sesampainya di ujung jalan, kami menunggu Tee-tee car. Tee-tee car telah sampai, dan Kami meluncur menuju hotel.

Tiba di hotel, Saya dan perwakilan Baidu Indonesia meminta ijin pada Kak Ayu dan Vivian untuk memakan nasi goreng di sekitar hotel. Kami bergegas membeli nasi goreng, malam ini sekitar pukul 23.00 sangat dingin sekali. Sesekali tangan di gesekkan agar terasa hangat. Banyak jajanan pinggir jalan, ada nasi goreng, sosis bakar, minuman. Karena Saya masih kenyang, maka Saya hanya membeli minuman energi. Minuman energi seperti minuman botol biasa, namun saat di minum mulut terasa terestrum, tapi enak dan ingin mencoba lagi. Nasi goreng yang dipesan David pun datang, tersaji dalam cup, ada sayur mayurnya, enak sekali rasanya pas di lidah. Kemudian, Tony berbincang-bincang dengan para penjual dengan bahasa mandarin. Saya hanya mendengarkan setiap kali Tony mulai menerjemahkan pada Kami. Penjual di sisni tertarik untuk menukarkan uang mereka ke rupiah, akhirnya Kami saling bertukar uang. Dan ada kejadian unik, ada salah satu penjual memberikan uang lama koleksinya pada Kami, kami pun sungkan dan sangat mengapresiasi.

Kami pun pulang menuju hotel, segera tidur karena esok hari adalah konferensi mahasiswa di Baidu HQ.

Mau tahu kelanjutan kisahnya ? baca lagi hari selanjutnya yuk http://haipsikologmuda.blogspot.co.id/2016/05/baiducampusambassador-goes-to-beijing_31.html

#BaiduCampusAmbassador Goes to Beijing (Day 1)

Perkenalkan Saya, Regita Aldena. Mahasiswi jurusan psikologi 2013 Universitas Gunadarma. Suatu Kesempatan emas untuk Saya dapat hadir dalam acara “Opening Baidu International Marketing Competition Conference” yang digelar pada tanggal 16 Mei 2016 di Beijing, China. Baidu menggelar acara serupa mulai tahun 2013. Mulai tahun 2013 sampai 2015, Baidu menyelenggarakan kompetisi ini untuk China saja, dan di tahun 2015 dengan total 1500 peserta. Tahun ini, Baidu akan menggelar dengan konsep berbeda yaitu kompetisi Internasional, diikuti oleh Baidu India, Baidu Macau, Baidu China dan Baidu Indonesia. Baidu Indonesia diwakili oleh Regita Aldena dari Universitas Gunadarma, Tony dari Binus University, Jessica Nathania Gunawan dari Universitas Tarumanagara dan David Nugroho dari Universitas Surya. Sebelumnya perwakilan Baidu Indonesia merupakan Baidu Campus Ambassador 2015-2016 yang diseleksi oleh Baidu Indonesia dengan proses seleksi berupa keaktifan, tugas mingguan berupa digital diary, presentation, gathering, video promotion product,membuat rangkaian event campus. Hingga dari total 32 Baidu Campus Ambassador dari berbagai Universitas di Jakarta terpilihlah Kami berempat untuk mewakili Baidu Indonesia di Bejing. Keberangkatan Kami menuju Beijing didampingi dengan Kak Ayu Raminda perwakilan dari Baidu.

HARI PERTAMA

            Perjalanan dimulai pada hari Sabtu pukul 21.00 WIB. Kami berkumpul di Bandara Soekarno Hatta di terminal dua, gate 2D. Kami melakukan check in keberangkatan. Pesawat Kami dengan maskapai Cathay Airlines akan take off pukul 00.05 dan akan transit di Bandara Hongkong pukul 05.55 waktu bagian China. 
Sampai di Bandara Hongkong

Perbedaan waktu Indonesia dan China, berbeda satu jam. China lebih awal satu jam dari WIB Indonesia. Selanjutnya, perjalanan Kami menuju bandara Beijing dengan maskapai Dragon Air akan dimulai pukul 08.00 dan pesawat landing pukul 11.15. 
Sarapan di Pesawat

Total estimasi waktu Indonesia-Beijing adalah sebelas jam.  Sesampainya di Beijing dengan mengurus terlebih dahulu imigrasi dan juga menunggu barang bawaan. Pengurusan Imigrasi di bandara Beijing cukup lama, karena ketatnya pemeriksaan, pemeriksaan meliputi barang bawaan yang di bawa pada kabinpesawat, kemudian periksaan fisik. Setelah selesai, kami melakukan check out dan keluar bandara Beijing menggunakan kereta kecil hingga pintu keluar. 
Suasana di dalam kereta

Bandara Beijing tak kalah luas dengan bandara Hongkong, desain bangunannya pun membuat Saya berdecak kagum. Setelah sampai di pintu keluar, Kami telah di jemput oleh tour guide. Kami pun berkenalan dengan tour guide, Vivian. Vivian sebaya dengan Kami, mudah untuk Kami berinteraksi dengannya. Komunikasi yang terjalin menggunakan bahasa Inggris, dan jika Kami memerlukan sesuatu Vivian siap menerjemahkan ke bahasa Mandarin. Tak sabar rasanya ingin segera menghirup udara segar  Beijing. Kami segera bergegas menuju Hotel Tian Xian Liang. Jarak antara Bandara dan hotel cukup lama yaitu satu jam menggunakan mobil dan melewati jalan tol. Vivian mengajak Kami untuk santap siang terlebih dahulu. Sebuah restoran khas China bernama Adaxi Restaurant. Sebelumnya, Saya telah mengatakan pada Vivian bahwa Saya dan Kak Ayu muslim dan tidak mengonsumsi daging babi, maka tak perlu ragu karna restoran ini halal. Kami duduk di sebuah ruangan, di suguhkan buku menu yang tidak dimengerti karna keseluruhannya memakai bahasa mandarin. Akhirnya, Kami percayakan memesan menu pada Vivian. Beberapa menit kemudian, Saya melihat ada makanan beberapa porsi dihidangkan. 
Santap siang pertama di Beijing

Jumlahnya sangatlah banyak. Saya terkejut, karena terbiasa di Indonesia memakan dalam satu porsi sudah cukup, tetapi berbeda dengan di China dengan masakan yang beragam, di mulai dari sayuran, daging hingga makanan penutup. Santap siang pertama di China sangatlah nikmat, meskipun akhirnya kewalahan karena tidak habis. Ada beberapa masakan yang mungkin perlu lidah Saya beradaptasi seperti memakan sayuran dalam keadaan dingin yang keluar dari lemari es, makanan yang tidak begitu asin, makanan yang terlalu asin, dan tentunya penggunaan sumpit setiap kali makan.
di depan restoran
Selesai santap siang, Kami bergegas menuju Hotel untuk check in dan beristirahat sejenak.Sesampainya di hotel Kami menaruh barang bawaan, dan bergegas mandi. Dari sudut jendela terlihat pemandangan Kota Beijing, yang nyaman dan tidak terlalu banyak lalu lalang kendaraan, terlihat beberapa memakai sepeda dan berjalan kaki. Udara Beijing siang ini sangat terik, namun udara tetap dingin. Sesekali, Saya mencubit diri sendiri hanya sekedar memastikan bahwa ini bukanlah mimpi semata. Alhamdulillah, kaki ini sudah melangkah hingga jauh.

Tak berapa lama, Vivian mengajak Kami untuk pergi ke supermarket sekitar hotel. Akhirnya, sore hari sekitar pukul 17.00 Kami menuju supermarket. Sepanjang perjalanan, saya melihat-lihat bangunan dan jalanan yang tampak bersih tidak ada sampah setitik pun.
Bangunan di pinggir jalan

Terlihat ada lapangan penuh dengan bunga yang mekar, seperti merasakan benar-benar summer meskipun musim panas sama dengan di Indonesia namun dengan suasana berbeda. Kami berjalan, dan sampai ke dalam supermarket. Supermarket di China hampir sama dengan di Indonesia, dan ada beberapa produk dan brand serupa. 
sama dengan di Indonesia yaaa

kipas angin panda

camilan khas China

di depan supermarket

Lays rasa yoghurt ?

Kami berbelanja kebutuhan camilan, dan buah-buahan. Setelah selesai, kami membayar ke kasir, dan di China pun sudah memberlakukan plastik berbayar, dengan harga Rp 600 untuk satu kantong plastik. 1 yuan (mata uang China) jika di kalkulasikan ke Rupiah Rp 2000, sebelum keberangkatan Kami telah menukarkan uang untuk keperluan pribadi.

Selesai belanja, Kami berjalan menuju hotel. Saat ini pukul 18.00, namun perbedaannya di China sama sekali belum gelap, malahan terang berderang. Namun, sekarang sudah masuk jam santap malam. Vivian mengajak Kami untuk santap malam. Kami pun kaget, karena perut Kami masih terasa penuh dengan makanan siang tadi. Akhirnya, kami memutuskan untuk pulang ke hotel baru santap malam.

Malam tiba, saat ini pukul 20.00 Kami memutuskan santap malam di sekitar hotel. Kami berjalan dan di sepanjang jalan terlihat sangat ramai dengan pejalan kaki. Terlihat beberapa pedagang yang menjual buah tomat, ceri dalam ruko kecil. Adapula yang menjual kacang mentah. Udara malam ini sangat sejuk, dan sampailah Kami di sebuah restoran dengan makanan khas punggung kambing. Santap malam makan ini sedikit berbeda, Kami memasak sendiri menggunakan hot pot yang di dalamnya tersedia kuah pedas dan tak pedas untuk merebus bahan makanan, tersedia beberapa pangan mentah seperti rumput laut, daging sapi, daging kambing, punggung kambing, sayuran, jamur. 
daging, yummy!

Makanan penutup yaitu roti gandum. Dan saus sebagai penyempurna santap malam tersedia saus kacang. Memasak dengan hot pot  sangat mudah, hanya tinggal memasukan pangan mentah dan memilih kuah pedas atau tidak. Tunggu sekitar dua hingga tiga menit dan sudah siap disantap. Rasanya enak sekali, hampir semua masakan saya coba, namun saya tidak mencoba kambing, karena tidak menyukai kambing. Rasa sayur tidak terasa pahit, mungkin karena sayuran di China adalah sayurn organik.Jamur nya pun kenyal dan tidak pernah saya makan sewaktu di Indonesia, rasa roti nya padat, mungkin sebagai pengganti nasi.

Baru beberapa jam di Beijing, Saya merasakan perut mulai penuh dengan makanan. Vivian sangat menjamu Kami dengan makanan yang sangat lezat, membuat Kami tidak bisa berhenti makan karena cita rasa masakan. Akhirnya, Kami menuju hotel untuk beristirahat. Tak terasa sudah pukul 22.00, namun Kami harus persiapan untuk presentasi esok hari. Sesampainya di Hotel, Kami melakukan diskusi untuk persiapan presentasi, beberapa kali Kami bergantian untuk berbicara latihan presentasi. Jam menunjukan pukul 00.00, tak terasa hari pertama di China terlewati dengan cepat. Bergegas Saya segera tidur karena esok hari harus segera bergegas menuju gedung Cloud Valley untuk acara “Opening Baidu International Marketing Competition Conference”.

Mau tahu kelanjutan kisahnya ? baca lagi hari selanjutnya yuk http://haipsikologmuda.blogspot.co.id/2016/05/baiducampusambassador-goes-to-beijing_25.html