SOFT SKILL : KESEHATAN MENTAL
Apakah
kesehatan mental itu ?
Ada pepatah
dari latin yang menyatakan “Mensana In Corpore” artinya Didalam tubuh yang kuat
ada jiwa yang sehat. Tubuh dan jiwa adalah 2 bagian yang tidak bisa di
pisahkan. Keduanya memiliki arti penting dalam hidup manusia. Dimana jika Tubuh
manusia sudah kuat maka akan membentuk Jiwa yang sehat. Namun apabila dalam
Jiwa Manusia tidak sehat maka akan mempengaruhi pula Tubuh manusia tersebut. Maka
dari itu kesehatan secara mental dapat mempengaruhi kinerja tubuh Kita.
Sebenarnya apa
sih Kesehatan Mental itu?
Istilah "KESEHATAN MENTAL" di ambil dari konsep
mental hygiene. Kata mental di ambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama
dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi
istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau jiwa yang
dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. (Notosoedirjo
& Latipun,2001:21).
Menurut Dr. Jalaluddin
dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
“Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
Berikut adalah hal-hal yang mendasari adanya Kesehatan Mental :
1. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab
penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh
karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara di
bawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan
kuat.
Namun, lambat laun ada usaha-usaha kemanusiaan yang
mengadakan perbaikan dalam menanggulangi orang-orang yang terganggu
mentalnya ini. Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris adalah
salah satu contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi
orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini
selanjutnya dikenal dengan masa pra ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang
mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan.
Masa selanjutnya adalah masa ilmiah, dimana tidak hanya
praksis yang dilakukan tetapi berbagai teori mengenai kesehatan mental
dikemukakan. Masa ini berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
alam di Eropa. Dorothea Dix merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha
kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para
penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam
memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara
Amerika bahkan sampai ke Eropa. Atas jasa-jasa besarnya inilah Dix dapat
disebut sebagai tokoh besar pada abad ke-19.
Tokoh lain yang banyak pula memberikan jasanya pada ranah
kesehatan mental adalah Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Beers menyusun
satu program nasional, yang berisikan:
Perbaikan dalam metode pemeliharaan dan penyembuhan para
penderita mental.
Kampanye memberikan informasi-informasi agar orang mau
bersikap lebih inteligen dan lebih human atau berperikemanusiaan terhadap para
penderita penyakit emosi dan mental.
Memperbanyak riset untuk menyelidiki sebab-musabab timbulnya
penyakit mental dan mengembangkan terapi penyembuhannya.
Memperbesar usaha-usaha edukatif dan penerangan guna
mencegah timbulnya penyakit mental dan gangguan-gangguan emosi.
William James dan Adolf Meyer, para psikolog besar, sangat
terkesan oleh uraian Beers tersebut. Maka akhirnya Adolf Meyer-lah yang
menyarankan agar ”Mental Hygiene” dipopulerkan sebagai satu gerakan kemanusiaan
yang baru. Dan pada tahun 1908 terbentuklah organisasi Connectitude
Society for Mental Hygiene. Lalu pada tahun 1909 berdirilah The National
Committee for Mental Hygiene, dimana Beers sendiri duduk di dalamnya hingga
akhir hayatnya. Belum lama setelah buku itu diterbitkan, yaitu pada tahun 1908,
sebuah organisasi pertama, didirikan, dengan nama ”Connectievt Society For
Mental Hygiene”. Satu tahu kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Februari
1909 didirikan ”National Commitye Siciety For Mental Hygiene”, disini
Beers diangkat menjadi sekretarisnya.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental di Indonesia :
1.Dulu Kala
jiwa dianggap kemasukan
Terapi : mengeluarkan roh jahat
2.Zaman Kolonial
Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU – yang ditampung, hanya yg mengalami gangguan Jiwa berat
3. 1 Juli :
- 1882 : RSJ pertama di Indonesia
- 1902 : RSJ Lawang
- 1923 : RSJ Magelang
- 1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan
Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan (custodial care)
- Stigma
- Keluarga menjauhkan diri dari pasien
4.Dewasa Ini hanya satu jenis RSJ yaitu RSJ punya pemerintah
5.Sejak tahun 1910
Mulai dicoba hindari costodial care ( penjagaan ketat) & restraints (pengikatan )
6.Mulai tahun 1930
Mulai terapi kerja seperti menggarap lahan pertanian
7.Selama Perang Dunia II & pendudukan Jepang
Upaya kesehatan jiwa tak berkembang
8.Proklamasi – perkembangan baru
- Oktober 1947 pemerintah membentuk Jawatan Urusan Penyakit Jiwa ( belum bekerja dengan baik)
- Tahun 1950 pemerintah memperingatkan Jawatan Urusan Penyakit Jiwa – meningkatkan penyelenggaraan pelayanan
9.Tahun 1966
- PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa
- UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan oleh pemerintah
- Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) Dgn instansi diluar bidang kesehatan
10.Tahun 1973
PPDGJ I yg diterbitkan tahun 1975 ada integrasi dgn puskesmas
11.Sejak tahun 1970 an
Pihak swastapun mulai memikirkan masalah kes. Jiwa
12.Ilmu kedokteran Jiwa berkembang
- Adanya sub spesialisasi seperti kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri Klinik, kedokteran Jiwa Usila
dan Kedokteran Jiwa Kehakiman
- Setiap sub Direktorat dipimpin oleh 4 kepala seksi
Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalma 3 sub Program yang diputuskan pada masyarakat dengan prioritas pada Heath Promotion Sub Prgoram Perbaikan Pelayanan :
- Fokus Psychiatic – medical – Care
- Penekanan pada curative service ( treatment) dan rehabilitasi
Sub Program untuk pengembangan sistem
- Fokus pada peningkatan IPTEK, Continuing education, research administrasi dan manajemen, mental health information
Sub Program untuk establishment community mental health :
- Diseminasi Ilmu
- Fasilitasi RSJ swasta – perijinan
- Stimulasi konstruksi RSJ swasta
- Kerja sama dgn luarg negeri : ASEAN, ASOD, COD, WHO dan AUSAID etc
2. KONSEP SEHAT
Sehat
dan sakit adalah keadaan biopsikososial yang menyatu dengan kehidupan manusia.
Pengenalan manusia terhadap kedua konsep ini kemungkinan bersamaan dengan
pengenalannya terhadap kondisi dirinya. Keadaan sehat dan sakit tersebut terus terjadi,
dan manusia akan memerankan sebagai orang yang sehat atau sakit.
Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian untuk menentukan batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit dicapai.
Konsep sehat dan sakit merupakan bahasa kita sehari-hari, terjadi sepanjang sejarah manusia, dan dikenal di semua kebudayaan. Meskipun demikian untuk menentukan batasan-batasan secara eksak tidaklah mudah. Kesamaan atau kesepakatan pemahaman tentang sehat dan sakit secara universal adalah sangat sulit dicapai.
Pengertian
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat.Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik[2], mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau
keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian
adanya, apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara
biopsikososial? Untuk mendpat orang yang berada dalam kondisi kesehatan yang
sempurna itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal tersebut
ada.[3]
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.Keempat dimensi holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya.Keempat dimensi holistik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.Agama/spiritual, yang merupakan fitrah manusia. Ini merupakan
fitrah manusia yang menjadi kebutuhan dasar manusia (basic spiritual needs), mengandung
nilai-nilai moral, etika dan hukum. Atau dengan kata lain seseorang yang taat
pada hukum, berarti ia bermoral dan beretika, seseorang yang bermoral dan
beretika berarti ia beragama (no religion without moral, no moral without law).
b.Organo-biologik, mengandung arti fisik (tubuh/jasmani) termasuk susunan
syaraf pusat (otak), yang perkembangannya memerlukan makanan yang bergizi,
bebas dari penyakit, yang kejadiannya sejak dari pembuahan, bayi dalam
kandungan, kemudian lahir sebagai bayi, dan setrusnya melalui tahapan anak
(balita), remaja, dewasa dan usia lanjut .
c.Psiko-edukatif, adalah pendidikan yang diberikan oleh orang tua (ayah dan
ibu) termasuk pendidikan agama. Orang tua merupakan tokoh imitasi dan
identifikasi anak terhadap orang tuanya. Perkembangan kepribadian anak melalui
dimensi psiko-edukatif ini berhenti hingga usia 18 tahun.
d.Sosial-budaya, selain dimensi psiko-edukatif di atas
kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh kultur budaya dari lingkungan
sosial yang bersangkutan dibesarkan.
3. Perbedaan konsep Barat dan Timur
Model-model kesehatan
muncul karena banyaknya asumsi mengenai kesehatan, seperti halnya model
kesehatan dari Barat dan juga Timur. Akan tetapi, dalam model-model itu
terdapat variasi yang disebabkan karena adanya perbedaan budaya di antara
model-model tersebut.
Model Biomedis (Freund,
1991)memiliki 5 asumsi. Pertama, terdapat perbedaan yang nyata
antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada suatu bagian tubuh
tertentu. Kedua, penyakit dapat direduksi pada gangguan fungsi
tubuh, baik secara biokimia atau neurofisiologis. Ketiga, setiap
penyakit disebabkan oleh suatu agen khusus yang berpotensi dapat
diidentifikasi. Keempat, melihat tubuh sebagai suatu mesin. Kelima, konseb
tubuh adalah objel yang perlu diatur dan dikontrol.
Model Psikiatris, merupakan model
yang berkaitan dengan model biomedis. Model ini masih mendasarkan
diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu oenyakit dan penggunaan treatmen fisik
obat-obatan atau pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas.
Model Psikosomatis (Tamm, 1993),
merupakan model yang muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap model
biomedis. Model ini menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik yang tanpa
disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya tidak ada
penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik.
Ciri-ciri Tingkah Laku Sehat dan Normal
Adapun ciri-ciri
individu yang normal atau sehat (Warga, 1983) pada umumnya sebagai berikut :
1. Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui
2. Mampu mengolah emosi
3. Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut
digunakan untuk menuntun tingkah lakunya
6. Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang
7. Dapat belajar dari pengalaman
8. Biasanya gembira
Referensi :
Dewi,
Kartika Sari. (2012). Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.
Whitbourne,Halgin.Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba Humanika.2010
https://hikmatkj.wordpress.com/kesehatan/rohani/pengertian-kesehatan-mental-dan-konsep-sehat/