Terkadang dari sebuah hobby bisa membentuk kepribadian.Kepribadian tersebutlah yang membentuk sifat seseorang. Hobby saya adalah berkelahi, sedari kecil saya selalu berkelahi dengan siapa pun. Hingga pada saat kelas 4 Sekolah Dasar (SD), Ibu saya berinisiatif untuk mengisi hari kosong saya dengan mengikuti bela diri karate. Sejak saat itu, hobby saya yang senang berkelahi berkembang dan memberikan energy positif. Saya sempat mengikuti turnamen pada saat kelas 5 SD, mungkin karena saya emosi tendangan saya lepas control dan membuat lawan pingsan, sayangnya saya dikenai diskualifikasi. Seiring perjalanan, Ibu saya memintaku untuk berhenti latian karate. Karena aku menjadi tomboy dan seperti anak lelaki. Dengan berat hati saya harus keluar dengan perasaan kecewa. Kegemaran saya selain karate adalah menari, dan saya pernah mengikuti dance modern pada saat SMP. Walaupun saya seorang karateka yang berjiwa berani namun tetap saja hati saya selembut para ballerina. Selain kegemaran karate dan menari, saya sangat hobby makan. Makanan favorit saya adalah tumis kangkung, begitu sederhana namun saya sangat menyukai tumis kangkung dengan kekhas-an rasanya. Selain makanan favorit, saya juga mempunyai tempat favorit. Sebenarnya tak ada tempat favorit bagi saya, karena berada di atas motor dan pergi-pergi itu sudah tempat favorit menurut saya. Maklum saja saya sangat menyukai berpergian ketimbang harus duduk diam di suatu tempat. Terakhir, warna kesukaan saya adalah warna biru. Melihat warna biru hati terasa damai dan teringat akan air yang mengalir, begitu jernih dan menyegarkan.
Karateka dan penari amatir adalah dua
hal yang menggambarkan sesosok wanita berumur 18 tahun dengan tinggi 161 cm,
itulah saya dengan nama indah yang dikaruniai kedua orang tua yang bijaksana
bernama Regita Aldena. Nama tersebut adalah singkatan dari Rebo Agustus Akhir
dan Anak Deni dan Nina maka jadilah nama indah Regita Aldena. Teman-teman biasa
memanggil saya, Rere. Banyak yang mengira bahwa saya adalah Non Islam karena
nama tersebut. Namun saya adalah seorang muslim. Terkadang saat saya sedang
berjalan, banyak orang yang mengira bahwa saya berparas seperti Arab, Batak,
Jawa, Padang. Namun saya adalah sunda asli hanya saja wajah memiliki banyak
perpaduan nusantara. Tak heran jika banyak yang mengira saya bukan lah orang
sunda. Tanah kelahiran saya adalah Indonesia bertempat di Bogor pada 30
Agustus, 18 tahun silam. Hingga saat ini saya masih bertempat tinggal di tanah
kelahiran tercinta Bogor tepatnya di Jalan Raya Pemda Gg. H. Acim 117 Cibinong.
Mungkin akan sulit menemukan saya jika tidak mempunyai kontak saya, silahkan
kontak saya di 087720945420.
Saya adalah seorang kakak dan juga
seorang adik di keluarga bahagia. Saya anak kedua dan tiga bersaudara. Kakak
saya bernama Chintia. Saya biasa memanggilnya dengan The Tia, sekarang the Tia
sudah tidak lagi tinggal bersama Keluarga kami, karena Teteh sudah berkeluarga
dan memiliki rumah sendiri tak jauh dari rumah orang tua kami. Adik saya
bernama Denaldi, saya biasa memanggilnya Rama. Rama masih kelas 6 SD, dia
sangat malas belajar padahal sebentar lagi akan melanjutkan ke jenjang sekolah
yang lebih tinggi. Namun entahlah Rama sangat sulit untuk dinasihati. Terakhir,
dua orang paling saya sayangi di dunia ini adalah kedua orang tua saya.
Merekalah yang telah menjadikan Saya, Teteh dan Rama menjadi anak-anak yang
hebat dan kuat. Mereka bernama Nina Maliana dan Deni Syamsudin, merekalah yang
kupanggil dengan sebutan saying Mama dan Papa dan tak pernah terfikirkan oleh
saya untuk berhenti mencintai mereka.
Psikologi adalah program studi yang
saya ambil di sebuah Universitas ternama di Depok, Universitas Gunadarma. Saya
adalah angkatan 2013. Kelas tergaduh
1PA05 adalah kelas saya. Sebelum saya menjadi mahasiswa saya hanyalah seorang
siswa. Beberapa tahun yang lalu saya adalah siswa SD Polisi V Bogor, lalu
beranjak remaja dan memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8
Bogor. Pertumbuhan semakin cepat dan mengantarkan saya ke bangku Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bogor. Kemudian sampailah saya menjadi seperti
sekarang, mahasiswa psikologi.
18 tahun bukanlah waktu yang
singkat. Beragam target yang telah saya rencanakan terkadang hanya sebatas
angan-angan. Cita-cita saya selalu berubah di sepanjang perjalanan waktu. Saya
bercita-cita menjadi penyanyi kemudian berubah menjadi artis dan terus menerus
berubah. Saat ini saya bercita-cita menjadi Dosen, saya sangat ingin menjadi
dosen muda yang membagikan ilmu, mempercedas anak bangsa dengan ikhlas. Namun,
inilah anganku. Apa yang aku cita-citakan tak pernah searah dengan yang
diharapkan orang tua. Mama dan Papa menginginkan saya menjadi seorang Polwan.
Polwan memang sempat menjadi cita-citaku tapi itu beberapa tahun yang lalu.
Entahlah saat ini cita-cita menjadi dosen atau pun polwan itu tak lagi penting.
Karena cita-citaku ingin melihat kedua orang tua selalu bangga dan bahagia
memiliki buah hati seperti saya.
Pada perjalanan panjang ini, saya telah memberikan 3 prestasi dalam hidup ini. Prestasi pertama adalah saat saya berhasil memanangkan Lomba Cepat Tepat Pramuka pada saat SMP. Lalu, prestasi kedua adalah 5 besar lomba membaca puisi se-Gunadarma. Kemudian prestasi yang terakhir adalah saya mendapatkan medali emas pada ajang kejuaraan Karate Nasional Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Cup IX pada tahun ini.
Pada perjalanan panjang ini, saya telah memberikan 3 prestasi dalam hidup ini. Prestasi pertama adalah saat saya berhasil memanangkan Lomba Cepat Tepat Pramuka pada saat SMP. Lalu, prestasi kedua adalah 5 besar lomba membaca puisi se-Gunadarma. Kemudian prestasi yang terakhir adalah saya mendapatkan medali emas pada ajang kejuaraan Karate Nasional Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Cup IX pada tahun ini.
Setelah banyak hal yang telah saya
lalui dan saya hidup. Saya memandang dalam hidup ini kita senantiasa memberikan
yang terbaik dan tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Tetap focus terhadap
apa yang telah kita targetkan. Hidup ini seperti air yang mengalir, datangnya
selalu tenang, mengikuti setiap alur yang telah Tuhan gariskan hingga akhirnya
berhenti mengalir dan kembali kepada yang Maha Pencipta. Dalam hidup ini saya
tidak akan memikirkan kebahagiaan saya, saya akan terus berjuang membahagiakan
mereka kedua orang tua super, sekalipun yang mereka harapkan tidak saya sukai,
saya akan melakukannya. Sedikit pun saya tak ingin melihat mereka kecewa karena
saya menyerah. Karena kebahagiaan saya dalam hidup ini adalah melihat Mama dan
Papa tersenyum bahagia,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar